BAB
I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Dalam perjalanan hidup
manusia, tidak akan pernah lepas dari yang namanya cinta. Cinta akan selalu ada
dalam suatu dimensi yang namanya manusia. Manusia dicipta dengan penuh cinta,
dan tanpa cinta manusia tak akan lahir. Manusia diciptakan di jagad bumi
mengembangan cinta dari Tuhan sebagai khalifah di muka bumi. Yang menjadi
pertanyaan besar sekarang ini adalah pemaknaan akan cinta dalam realitas hidup
ini.
Akan lahir beberapa
defenisi cinta yang tentu saja akan berbeda dari segi substansi atau hakikat
cinta itu. Hal ini dikarenakan sudut pandang yang berbeda pula. Semakin tinggi
tingkat pemahaman terhadap suatu norma atau prilaku, akan semakin kompleks
penjabaran defenisi itu.
Pemberian pemaknaan akan
cinta akan senasib dengan pemberian defenisi tadi. Defenisi yang akan
mengantarkan pada suatu substansi kadang dikaburkan oleh ego bahkan nafsu
seseorang. Pemaknaan yang salah sebagai sebuah aktualisasi dari cinta seperti
pacaran akan mengantarkan pada suatu upaya untuk mendeskreditkan cinta yang
luhur sebagai fitrah kemanusiaan. Disamping itu, pemaknaan akan cinta dengan
rasa suka harus berani dibedakan. Cinta adalah fitrah yang sifatnya abstrak
sehingga perwujudannya berada dalam area metafisik (inmaterial).
Sedangkan rasa suka, adalah wujud rasa ketertarikan kepada hal yang bersifat
materi.