Di era globalisasi kini semua hal berkembang pesat,
baik dari sisi teknologi sampai ke sisi modis dan lain-lain. Negara ini yang
notabenenya adalah sebuah Negara yang berstatus Negara berkembang seolah-olah
sangat mudah dipengaruhi oleh pengaruh globalisasi tersebut.
Di luar sana, banyak Negara-negara maju yang kini
seakan-akan adalah pusat dari era globalisasi. Kita sebagai Negara timur hanya
bisa mengikuti dan mengikuti hal-hal apa saja yang kini sedang “gaul”.
Mari kita ambil sampel yang mudah saja, misalnya dapat kita
bahas tentang musik zaman kini. Seperti yang kita semua tahu, banyak sekali
jenis-jenis dari musik di dunia ini misalnya ada musik pop, jazz, reggae,
rock, r and b, dan semacamnya. Di Indonesia sendiri pun memiliki musik yang
sangat khas, yaitu musik dangdut, tarling, pop melayu, dan semacamnya.
Siapa orang-orang Indonesia yang tidak tahu akan musik dangdut?
Ya harus diakui, musik itu telah dianggap telah mendarah daging ke orang-orang
dalam negeri. Kita bisa lihat contoh mudahnya, misalnya jika kita pergi ke
acara suatu pernikahan atau semacamnya pasti yang akan di dengar adalah
dangdut, itu sudah pasti. Orangtua kita pun pasti tahu musik itu, karena itu
telah dianggap melegenda di dalam negeri.
Selanjutnya kita akan bahas jenis musik pop yang ada
di Indonesia. Untuk para remaja atau abg pasti lebih melekat dengan musik ini.
Harus diakui, mereka lebih suka musik pop dibandingkan dengan dangdut.
Bagusnya, terkadang banyak remaja Indonesia yang mencintai musik dangdut
yang melegenda itu.
Dari tahun ke tahun, banyak band-band atau penyanyi-penyanyi
yang masuk chart musik dalam negeri. Berbeda dengan sebelumnya
yang sedikit diisi oleh band-band ataupun penyanyi-penyanyinya. Bisa dibilang
itu menambah variasi-variasi permusikan di Indonesia.
Namun sisi negatifnya hal tersebut dapat menurunkan citra
permusikan di Indonesia. Kenapa? Ya jelas, karena banyak sekali pendatang baru yang
muncul. Lebih mirisnya lagi, jika mereka memperkenalkan lagu-lagu mereka yang
tidak semestinya diperkenalkan ke publik.
Mari kita lihat dahulu dalam masyarakatnya itu sendiri. Di
Indonesia yang kini sedang mengglobalisasi cukup pesat, dapat mempermudah untuk
mengakses sebuah keperluan atau hal lainnya dengan cepat dan tidak terbelit-belit.
Misal kita sedang berada di jalan, coba tengok anak-anak kecil berkisar SD
sampai SMP yang kini memiliki “pegangan” handphone yang canggih dan
semacamnya, bahkan anak-anak TKpun bisa melakukan hal yang serupa.
Yang mereka dapatkan mengenai hal tadi dalam permusikan kini
adalah hanya mengikuti mode yang terbilang popular saat ini. Sedikit
dari masyarakat tersebut yang dapat mengetahui itu adalah hal yang berdampak
positif atau sebaliknya.
Mungkin bisa jadi, kalau masyarakat yang tidak tahu-menahu
permusikan di Indonesia kini. Akhir-akhir ini banyak pendatang baru yang
mengadopsi dari luar atau bisa dibilang dengan copy-paste, hanya saja
diubah lirik lagunya dan semacamnya. Ada lagi yang kini banyak mengikuti trend-trend
yang ada sekarang. Itu semua membuat citra musik dalam negeri semakin lama
semakin menurun.
Mari kita flashback, dahulu boleh dibilang
lagu-lagunya enak didengar, liriknya yang sangat Indonesia dan semacamnya.
Berbeda dengan saat ini, yang lagu-lagunya terbilang asal-asalan dan tidak
berbobot. Banyak sekali yang hanya bermodal muka atau yang lainnya, bukan modal
suara atau bobot lagu itu sendiri. Atau yang lebih parahnya lagi, hanya
bermodal beberapa lagu yang sederhana dan beberapa bulan setelahnya mereka
menghilang.
Hal lainnya juga, karena pengaruh globalisasi banyak
sekali lagu-lagu luar negeri yang masuk bebas ke masyarakat Indonesia, mereka
akan berfikir bahwa lagu-lagu sana lebih bagus dan lebih keren dibandingkan
dengan music tanah air itu sendiri.
Terkadang juga itu berdampak pada anak-anak kecil sendiri
karena itu, banyak anak-anak yang hafal oleh lirik lagu-lagu mereka yang
bermodal muka dan lirik yang simpel. Lebih hebatnya lagi, belum tentu mereka
hafal dengan lagu-lagu anak-anak kecil ataupun lagu nasional.
Ketika kita menanyakan kepada mereka, “Kamu hafal ga
lagu-lagu dari band *****?”. Dengan bangga mereka jawab, “Hafal dooong!”.
Saat ditanya hafal atau tidaknya lagu-lagu anak kecil ataupun lagu nasional,
kadang mereka menanyakan kembali bagaimana lagunya.
Apalagi untuk anak-anak yang terbilang di masa emas mereka,
yang kurang lebih sekitar umur 1-5 tahun, sesungguhnya musik-musik yang
didengar itu sangat berpengaruh pada anak-anak tersebut.
Misalnya saja di saat masa emasnya, anak-anak malah
mendengar musik-musik yang beralunan keras, itu dapat memberikan dampak yang
kurang baik. Karena itu biasanya dapat membuat tempramental mereka mengalir
seperti alunan yang didengarkannya. Contohnya bisa membuat mereka menjadi lebih
emosional, dalam artian mudah marah, cara bergaul anak-anak dengan yang lainnya
menjadi kurang baik dan bisa saja menjadi anak dengan pribadi yang keras juga.
Sebaliknya, jika anak-anak mendengar musik-musik beralunan
halus dan lembut, memberikan dampak yang baik untuk mereka. Juga dapat membuat
tempramentalnya menjadi lembut juga. Misalnya saja anak tersebut dapat menjadi
anak yang mudah diatur, dan yang jelas cara bergaul dengan yang lainnya pun
menjadi baik.
Di mulai dari ruang lingkup terkecil, di rumah, seharusnya
orangtua membimbing anak-anaknya walaupun terkadang itu menjadi suatu hal yang
disepelekan orang-orang . Terkadang karena dari hal kecil itu lah dapat
berdampak pada anak-anak itu sendiri, seperti kurangnya waktu untuk mereka dan
lain-lain. Dan juga di luar rumah harus juga dibimbing agar anak-anak
selayaknya mereka bagaimana.
Selanjutnya oleh produsen permusikan di Indonesia. Dahulu
memang band-band atau penyanyi namun memiliki kualitas yang terbilang bagus,
tidak dengan sekarang. Akhir-akhir ini bermunculan secara drastis ke permusikan
Indonesia, yang hanya bermodal muka dan lirik yang sederhana namun tidak
berbobot.
Belum lama ini, dihebohkan dengan yang namanya boyband
dan girlband yang mendunia hingga sampai ke Indonesia. Hal itu
membuatnya menjadi lebih buruk lagi, karena seperti yang sebelumnya,
kualitasnya hampir nol besar. Dengan hadirnya mereka, membuat musik di
Indonesia menjadi inconsistent. Musik Indonesia yang notabenenya adalah
musik dangdut dan pop melayu kini secara perlahan-lahan memudar
dimakan oleh waktu.
Kesimpulan yang dapat diambil dari artikel ini adalah di era
kini boleh saja kita mengikuti perkembangan zaman yang tiada habisnya, namun di
dalam negeri tetap harus dijaga konsistennya dalam hal permusikan di Indonesia.
Karena dapat mempengaruhi masyarakat seperti pada bacaan artikel ini. Sang
produsen permusikan Indonesia seharusnya tidak asal untuk meloloskan pendatang
baru, harus lebih selektif dalam memilih para pendatang baru yang masuk ke
permusikan di Indonesia. Masyarakat sendiri pun harus lebih teliti dalam hal
memilih, dan juga harus mencintai produk-produk lokal.
Sumber
gambar : http://www.google.co.id/